Wednesday, May 25, 2011

Bagaimana Cara Nak Buat Ebook?

Bisnes ebook memang cukup dikenali oleh para usahawan internet sekalian. Ebook ini merupakan salah satu produk informasi yang mana kebanyakan dari ebook yang diterbitkan adalah berunsur maklumat. Ebook sebenarnya lebih kurang macam buku biasa je, cuma ianya lebih mudah didapati dan juga lebih mudah untuk dipasarkan ke seluruh dunia tanpa memerlukan kos yang tinggi.Mari kita sama-sama lihat kenapa orang suka baca ebook dan juga menulis ebook?
1.Kos yang murah untuk menerbitkan ebook
-untuk menulis ebook, anda tak perlu mengupah penulis profesional untuk menulis ebook pertama anda, cukup untuk anda menulis dahulu apa sahaja jenis ebook untuk tujuan jualan ataupun tujuan perkongsian maklumat dan ianya diberikan secara percuma. Kos yang terlibat mungkin hanya mengupah designer minisite atau untuk mengurangkan kos itu lagi, anda boleh design sendiri atau gunakan sahaja mana-mana template free diinternet.
2.Mudah Untuk Dikongsikan
-Ebook bersifat digital dan ianya mudah ditransfer ke satu komputer ke satu komputer yang lain. Anda boleh share kan file anda itu dengan hanya satu klik sahaja dan penerima akan dapat membacanya dengan lebih mudah
3.Ebook tidak perlu dicetak
-ebook tidak perlu dicetak sebenarnya. Tetapi bagi anda yang ingin membacanya dengan lebih selesa, adalah lebih baik anda mencetaknya supaya lebih mudah untuk dibaca dan dibawa kemana mana selain membacanya di skrin saja. Bayangkan kalau ebook berkenaan setebal 300 muka surat..larat ke nak baca sampai abis depan skrin? Tak gitu?
Jadi, bagaimana pula nak buat ebook? Apa topik yang hendak ditulis? Apa format ebook?Mari aku akan bongkarkan sedikit demi sedikit tentang bagaimana nak buat ebook. Buat ebook memerlukan beberapa perkara berikut:
1.Software penulisan ebook
2.Idea untuk menulis ebook
3. Survey tentang keperluan ebook
Software penulisan ebook
-ada banyak software diinternet yang korang boleh dapatkan secara percuma diinternet untuk menghasilkan ebook, tetapi apa pula format bagi ebook ye? Format yang paling popular bagi ebook adalah dalam bentuk*.pdf (Portable Document Format) yang mana korang kena download applicationnya diinternet. Terdapat juga format ebook dalam bentuk html binder yang mana amat jarang sekali ebook jenis ini dipasarkan.
-Dua software yang aku amat rekemen untuk membaca file pdf adalahAdobe Reader dan juga Foxit Reader. Bagi aku Foxit Reader lebih ringan untuk digunakan.
-Software penulisan ebook percuma yang amat popular adalah Primopdfdan juga eWriter Pro
Idea Penulisan Ebook
-Cara untuk mendapatkan idea bagi menulis ebook ada banyak kerana jika anda mempunyai sesuatu pengetahuan yang amat jarang sekali orang tahu dan anda amat pakar tentang sesuatu perkara, so anda sudah ada idea di situ bukan?Survey Tentang Keperluan Ebook
-Jika anda masih tidak ada idea dan masih risau tentang ebook anda tidak laku dipasaran, lakukan survey di forum-forum perniagaan internet atau di Ebay, Lelong dan sebagainya dan cari apakah antara masalah yang masih tidak dapat diselesaikan oleh para forumer dan anda ada penyelesaiannya dan anda akan bongkarkan menerusi ebook anda itu. Mungkin salah satu cara adalah melakukan poll di forum atau di web anda sendiri untuk mengetahui respon terhadap ebook anda itu.
Jadi, ebook dah siap..bagaimana pula nak pasarkan ebook?
Caranya anda boleh ikut sebegini
1.Dapatkan hosting dan domain yang tidak mempunyai spesifikasi yang amat besar. Cukup jika dalam 100mb sahaja.
2.Download atau upah mana-mana designer minisite
3.Buat sales letter atau mungkin anda boleh rujuk minisite lain bagaimana mereka menghasilkan sales letter yang berkesan.
4.Uploadkan file anda itu dan jika boleh masukkan sekali password bagi file pdf anda itu.
5.Hebahkanlah di forum-forum, di blog anda mahupun di lama social network yang anda gemar..TAPI JANGAN SPAM..jangan untuk promote, anda sanggup melakukan perkara tersebut..
Kalau korang rasa artikel ni best, komenlah dan jika ada yang nak ditambah lagi..silakan tambah ye..jangan lupa untuk subscribe reader blog ini dan juga bookmark untuk bacaan di hari yang lain.
http://reezluv.com/2009/11/bagaimana-cara-nak-buat-ebook/

How to save/download video from youtube ?

How to save/download video from youtube ?


 Why you should download/save videos from youtube :
You found an interesting video from youtube and you want to save/download it to your computer and later share it with your friend or keep it as a collection. However, by default Youtube doesn't allow users to save/download the videos. It only allow user to send a hyperlink to the friends and invite them to go to youtube website to view the videos.
It will become a problem because these video may gone forever due to copyright infringement issues, why not save/download the video before it's too late ? 


Steps to save/download the video from youtube
 For Internet Explorer (PC) users
1) First of all, to make your job easier, you are advised to Get a toolbar for faster access to youtube.com.
2) Click your favourite video clip, you can see the URL in your browser becomes something like this :

3) highlight the URL (like above) and right click the mouse and select "copy"
4) Paste the URL at our download page
5) When the download link shows, You should right-click -> "Save Target As" OR copy and paste the link into your download manager. Note: You must change the file extension to .flv
6) The .flv file is not a common multimedia file, you need a software called FLV player to play it. Click here to get Free FLV Player
7) Install the FLV player into your computer.
8) Select the video clip that you downloaded and play
9) If you want to convert the FLV video and play it in IPod, PSP, mobile phone(3GP format), then you need to downloadFLV Converter

Good Muslim, Good Human Being

Good Muslim, Good Human Being
By Khalid Baig
Ihsan is a special Islamic term, defined by the famous hadith known as the Hadith-Jibreel. Once Angel Jibreel, alayhi salam, visited the Prophet, Salla-Allahu alayhi wa sallam, in the guise of a man and in the presence of companions. This happened toward the end of the Prophetic mission and its purpose to summarize some fundamental teachings of Islam for the education of all of us. Jibreel, alayhi salam, asked questions about Islam, Iman, Ihsan, the Day of Judgement, and Fate. Regarding Ihsan, the Prophet, Sall-Allahu alayhi wa sallam, responded: "It is that you worship Allah as if you are seeing Him. For though you see Him not, verily He is seeing you." Obviously, our worship will be at its best when performed with that feeling. Ihsan, therefore, means striving for excellence in achieving piety, through an overwhelming feeling of closeness to Allah.
For anyone seeking spiritual purification, this is the goal. Abdul-Hameed Siddiqi, well known for his English translation of Sahih Muslim, notes that what is implied by the term tassawuf is nothing but Ihsan. With that in mind we can understand the joy of the person who once reported to his mentor that he had achieved Ihsan in his prayers. He felt being in the presence of Allah every time he stood up for prayers. "It is great that you should feel that way while praying, " his mentor replied. "But, do you have the same feelings when you are dealing with others? Have you attained Ihsan in relations with your spouse and children? In relations with friends and relatives? In all social relations?" To the perplexed disciple he went on to explain that one must not restrict the concept of Ihsan to the performance of ritual prayers. The term is general and applies to all endeavors in our life.
The Sufi mentor in this story was Dr. Abdul Hai Arfi, himself a disciple of Maulana Ashraf Ali Thanvi. One of the many great contributions of Maulana Thanvi was that he reintroduced Islamic teachings regarding social relations and dealings with others as a religious issue. His message: You must become a good human being before you can ever become a good Muslim. This message destroys a disastrous and tragic misconception that reduces Islam to only the performance of the ritual acts of worship---the pillars---thus robbing it of much of the rest of the building. (Some others try to construct the building without the pillars---an even more devastating and futile act---but that is another subject). A very important and integral section of that building deals with our social relations. It is concerned with how we behave in the family. How we interact with relatives, friends, neighbors, colleagues, and all the rest of humanity.
The cornerstone of Islamic teachings in this area is the requirement that we do not cause anyone any hurt through our words or actions. A famous hadith states, "A Muslim is the one from whose hands and tongue other Muslims are safe." [Tirmidhi]. Keeping others safe from our hands and tongues does not only mean that we do not hurl stones or abuses at them, it also means that we do not say or do anything that will hurt them.
This hadith clearly describes this as a defining trait of a Muslim. While it refers to "other Muslims," scholars agree that it is a general requirement that equally applies to non-Muslims except those who are at war with the Muslims. A person who, through his intentional or careless actions or words inflicts unjustified pain on others is not worthy of being called a Muslim.
We can begin to appreciate the value of this teaching by realizing that most problems in our lives are man-made. Life can become living hell if there are problems within the family: the tensions between the spouses, the frictions between parents and children, the fights between brothers and sisters and other relatives. Today these are common stories everywhere. But can these problems occur and reach the intensity they do if everyone is genuinely concerned about not hurting others? The same applies to relations between friends, neighbors, colleagues, and communities.
Islam wants to build a society, which is a model of civility, courtesy, and consideration for others. It does so by emphasizing these attributes at a matter of faith. One hadith says that Iman (faith) has seventy-seven branches. The highest one is the declaration that there is no God except Allah and the lowest one is the removal of harmful objects from the path. This is consideration. And obviously, there is no trace of Iman below this.
We see this consideration for others throughout the life of the Prophet Muhammad Sall-Allahu alayhi wa sallam. Of course, such an attitude shows itself in "minor" details. For example, whenever the Prophet Sall-Allahu alayhi wa sallam visited a group were some people were asleep and others were not, he would greet them with a low enough voice so those awake could hear him while those asleep would not be disturbed. Every night when he used to get up for Tahajjud (midnight prayer)---a voluntary prayer for the rest of us---he would walk out of the bed very quietly so as not to disturb his sleeping wife.
Whenever he saw someone commit a wrong that needed to be corrected in public for the education of others, he would mention it in general terms, not naming the person who did it. This last practice also shows the two extremes in this regard that must be avoided. On the one hand is the temptation to compromise on the issue of right and wrong to avoid hurt feelings. On the other is the temptation to correct the wrong with total disregard to the fact that one might be insulting or injuring the other person. While we may see these extreme attitudes in people who seem to be poles apart in terms of their practice of religion, both stem from the same narrow vision of religion that holds our dealings with others as worldly affairs, outside the realm of Islam!
It is good to remember that Islam is a way of life. We must submit our whole life, not a small subset of our choosing, to the commands and teachings of Allah and His Prophet, Sall-Allahu alayhi wa sallam. Our commitment to Islam must not only be life-long but also life-wide

Falsafah Perkahwinan dalam Islam

Falsafah Perkahwinan Dalam Islam
Firman Allah S.W.T.
"Maha suci Allah yang menjadikan kejadian semua berpasangan dari sesuatu yang tumbuh di bumi, dari mereka (manusia) dan dari sesuatu yang mereka tiada mengetahui."
(Yaasin: 36)
Jika kita perhatikan kejadian di langit dan di bumi, jelas menampakkan kebenaran ayat ini. Setiap yang kita saksikan ada pasangannya. Keadaan tanah di bumi, tidak sama rata semuanya, bahkan dijadikan berpasangan antara tinggi dan rendah. Di suatu kawasan penuh dengan tumbuhan menghijau. Di kawasan yang lain berpadang pasir. Daratan berpasangan dengan lautan. Pokok-pokok yang meliputi bumi ini ada yang jantan dan betina. Kemudian Allah jadikan pula malam berpasangan dengan siang meliputi alam ini. Binatang-binatang yang hidup di daratan dan di lautan juga berpasangan jantan dan betinanya. Demikian pula manusia. Atom yang sangat halus yang tidak dapat dilihat dengan pandangan mata dan terdiri dari komponen-komponen yang berpasang-pasangan.
Jika kita bertanya apakah hikmat Allah S.W.T. menjadikan berbagai-bagai jenis kejadian ini dalam keadaan berpasangan? Kita sudah tentu dapat memahaminya dengan mudah. Cuba kita bayangkan bagaimana keadaan alam ini sekiranya ia sentiasa dalam keadaan malam, bumi berkeadaan pamah, semuanya berpadang pasir Manusia semuanya lelaki atau semuanya perempuan. Keadaan dunia seperti ini tentu membosankan dan kejadian ini tidak melahirkan keturunan. Manusia akan hapus dalam jangka waktu yang singkat. Dengan adanya pasangan, dunia kelihatan indah dan sesungguhnya kejadian Allah S.W.T. ini sangat indah.

Lelaki Dan Perempuan Dalam Kejadian Manusia

Dengan memberikan sedikit peihatian kepada kejadian alam ini, anda pasti mengerti mengapa anda dijadikan lelaki atau perempuan. Kedua-duanya dari acuan yang sama iaitu manusia yang dibentuk dari unsur-unsur kemanusiaan. Tetapi yang satunya berwatak keras dan yang satu lagi lemah gemalai. Gerak langkah melambangkan kekuatan dan gerak langkah wanita melambangkat,i keindahan. Sifat-sifat tersendiri yang ada pada lelaki dan wanita itu menunjukkan bahawa kekuatan lelaki dijadikan sebagai pelindung kecantikan wanita.
Betapa indahnya kehidupan manusia ini dengan adanya pasangan di dalam kejadiannya. Betapa jemu dan bosan kehidupan ini jika yang menjadi penghuni alam lelaki semuanya, atau perempuan semuanya. Jadi, kejadian berpasangan antara lelaki dan perempuan it merupakan ramuan yang mengindahkan kehidupan. Allah S.WT. berfirman:
"Di antara tanda-tanda kebesaran-Nya ia menjadikan untuk kamu pasangan dari jenis kamu sendiri untuk kamu tinggal tenteram di sampingnya dan dijadikan di antara kamu kasih sayang dan belas kasihan. Semuanya itu menjadi tanda-tanda bagi orang-orang yang berfikir. "
(ar-Ruum:21)
Kejadian berpasangan juga sebagai saluran untuk meneruskan keturunan manusia.Allah S.WT. berfirman:
"Wahai manusia bertakwalah kepada Tuhan kamu yang menjadikan kamu semua dari jiwa yang satu dan dijadikan daripadanya pasangannya dan berkembang daripada keduanya banyak lelaki dan perempuan... "
(An-Nisa':1)
Dengan keterangan di atas jelas sekali hikmatallah menjadikan manusia dari lelaki dan wanita, pertama untuk memperindahkan kehidupan manusia itu sendiri. Kedua untuk mengekalkan ketuninan manusia di dalam jangka waktu yang panjang sehingga Allah S.W.T. menentukan berakhirnya sejarah manusia di bumi ini. Ini semuanya adalah rahmat Allah S.WT. kepada manusia yang diamanahkan untuk mengendalikan ulusan di bumi sebagai khalifah-Nya.

Mengapa Berkahwin

Manusia akan menghadapi berbagai kepincangan sekiranya pergaulan lelaki dan wanita tidak diatur dan disusun mengikut peraturan tertentu. Tajuan perkahwinan ialah menyusun pergaulan antara lelaki dan wanita supaya dapat mewujudkan suasana kasih sayang yang memperindahkan kehidupan. Tanpa penyusunan yang rapi di dalam peigaulan di antara lelaki dan wanita, kepincangan tidak dapat dielakkan. Kerana itu, perkahwinan disyariatkan. Dalam perkahwinan, ditentukan kewajipan-kewajipan dan peraturan-peraturan yang akan membawa kebahagiaan kepada pasangan yang mematuhinya. Sebahknya jika peraturan-peraturan itu tidak dipatuhi, sama ada kerana kejahilan atau sengaja mengingkarinya, pasangan itu sentiasa dilanda arus yang menjadikan suasana hidup mereka tidak tenteram.

Membentuk Keluarga

Peraturan yang ditetapkan itu, menentukan pembentukan keluarga di dalam satu institusi masyarakat yang dinamakan rumahtangga. Rumahtangga adalah tahap pertama pembentukan masyarakat. Sebagaimana masyarakat yang besar memerlukan penyusunan yang rapi, begitulah juga masyarakat lumahtangga memerlukan penyusunan. Pembentukan rumahtangga secara bersekedudukan bebas tanpa perkahwinan dan perlindungan undang-undang melambangkan suatu pembentukan rumahtangga yang tidak tersusun. Ia akan berkembang menjadi belukar dan hutan belantara yang hidup di dalamnya binatang-binatang buas. Hak-hak suami isteri tidak dapat dibela dan diberi keadilan di dalam kehidupan seumpama ini.
Sebaliknya, rumahtangga yang dibentuk meneiusi perkahwinan yang tertakluk kepada peraturan-peraturan tertentu yang lengkap dan sempurna, akan menjadi seperti pohon-pohon yang ditanam secara tersusun. jika pohon-pohon ini terus dipelihara, ia kekal menjadi taman indah yang menyegarkan kehidupan. Demikianlah halnya sebuah rumahtangga yang diikat dengan perkahwinan akan menjadi tempat yang paling indah dalam kehidupan dan kebisingan anak-anak meniadi seperti siulan burung-burung di taman yang indah.

Rumahtangga Sebagai Masyarakat Kecil

Mendirikan rumahtangga dalam Islam bukan ulusan individu seperti yang difahami dalam kehidupan bangsa lain terutama bangsa Barat. Rumahtangga dalam Islam merupakan bahagian penting masyarakat dan masyarakat mempunyai tanggungjawab dalam pembentukan-

Falsafah Perkahwinan Dalam Islam

Oleh kerana perkahwinan adalah perkembangan daripada keluarga yang sedia ada dan hubungan antara kcluarga baru dan yang sedia ada wajib diperteguhkan dan oleh kerana keluarga baru itu sebahagian daripada masyarakat yang boleh mempengaruhi keadaan baik buruk masyarakat, maka perkahwinan yang tidak menghormati masyarakat, seperti kahwin lari, tangkap basah dan lain-lain, sangat dikeji oleh Islam, melainkan di dalam keadaan-keadaan tertentu, di mana pemerintah boleh menggantikan tempat sebagai wali bagi menggantikan wali daripada keluarga si isteri.

Prinsip Pembentukan Keluarga Islam

Sebagai Nizamul Hayah (peraturan hidup) yang syamil (lengkap) dan sempuma, yang merangkumi pembentukan masyarakat yang sejahtera, Islam telah menetapkan peraturan peraturan perkahwinan dan perjalanan keluarga dengan sempuma. Peraturan ini tidak hanya berbentuk undang-undang tetapi juga menerusi pembentukan rasa tanggung-jawab dan menghormati nilai-nilai akhlak yang dibina menerusi kesedaran beragama yang dipupuk menerusi pendidikan. Kesempurnaan undang-undang yang mengawal perjalanan keluarga tidak mencukupi bagi menjamin ketenteraman keluarga itu. Keluarga mesti disusun dan dikawal oleh rasa tanggungjawab dan menghormati nilai-nilai akhlak Islamiyyah. Rasa tanggungjawab dan menghormati nilai-nilai akhlak itu hanya akan berkembang subur di kalangan orang-orang yang mempunyai kesedaran keagamaan. Kesedaran keagamaan yang terpenting ialah apabila seseorang itu sentiasa mengingatiallah S.WT. dan takut kepada-Nya. Kesedaran ini meiupakan kawalan berkesan untuk seseorang mematuhi undang-undang dan peraturan yang ditetapkan. Tanpa kesedaran ini peraturan yang sempurna tidak memberi banyak kesan, kerana orang yang tidak dapat mengawal dirinya dengan kesedarannya terhadap wujudnya Allah S.W.T. dan takut kepada-Nya, akan dengan mudah melanggar undang-undang dan peraturan itu. Apabila undang-undang tidak dihormati, ia tidak bermakna lagi walau bagaimana sempurnapun undang-undang itu.
Dalam menyusun keluarga yang tenteram dan sejahtera, Islam berpandu kepada dua prinsip.
1. Didikan yang mengukuhkan kesedaran beragama (di dalamnya disuburkan perasaan taat kepada Allah, tidak menganiaya sesama manusia, belas kasihan, bertimbang rasa dan lain-lain)
2. Undang-undang dan peraturan yang menentukan kewajipan, hubungan antara suami isteri, kewaiipan terhadap anak-anak, nafkah, peraturan jika berlaku perselisihan dan penceraian dan sebagainya.
Kepincangan dan kegelisahan yang banyak berlaku di dalam keluarga Islam hari ini adalah kerana pembentukannya tidak sangat memenuhi kehendak-kehendak Islam. Selain daripada kurangnya asas-asas keagamaan, pasangan suami isteri pula jahil tentang hukum-hukum yang berkaitan dengan hubungan antara mereka, dan tanggungjawab keduanya terhadap anak-anak.

Peraturan Mencari jodoh

Sebelum sesebuah keluarga dibentuk, Islam telah menetapkan terlebih dahulu pertimbangan dalam men cari pasangan dengan tujuan menjamin kesejahteraan. Rasulullah S.A.W. melarang kecantikan dan kekayaan menjadi ukuran penting di dalam memilih isteri, tetapi hendaklah memilih yang berpegang kepada agama. Sabda baginda yang bermaksud:
"Janganlah mengahwini wanita-wanita kerana kecantikan. Mungkin kecantikan itu memburukkan hidup. Jangan mengahwini mereka kerana harta, mungkin harta itu menyebabkan kezaliman mereka. Tetapi kahwinilah mereka atas dasar agama. Seorang sahaya yang hitam, berbibir tebal yang beragama adalah lebih baik.
(Diriwayatkan oleh Ibn Majah).
Begitu juga bagi seorang wanita, janganlah menjadikan pangkat dan harta sebagai pertimbangan asasi di dalam memilih suami, kerana pangkat dan harta tanpa akhlak dan agama menjadi punca fitnah yang akan merosakkan kehidupan rumahtangga.

Keturunan Dan Kufu'

Salah satu asas pertimbangan, selain daripada keagamaan seperti yang telah dijelaskan sebelum ini, ialah keturunan bakal isteri itu. Aspek yang penting yang hendak ditinjau ialah dari segi kesihatan dan keadaan hidup keluarga. Dari segi kesihatan, perlu dikaji sama ada bakal isteri dan suami mempunyai keluarga yang mempunyai penyakit keturunan. Ini tidak bermakna wanita yang mempunyai keluarga yang beipenyakit tidak boleh dikahwini dan dipandang hina. Bahkan apa yang dimaksudkan di sini ialah ketehtian di dalam membentuk keluarga yang mahu mencapal peringkat yang ideal.
Demikian juga perlu ditinjau aspek keadaan hidup keluarga bakal isteri, saina ada berpegang teguh kepada agama dan akhlak atau tidak. Keadaan dan suasana rumahtangga ibu bapa, sudah tentu mempengaruhi kehidupan anaknya. Sekiranya bakal suami isteri itu daripada keluarga yang tidak menghormati agama dan akhlak, sudah tentu sukar untuk membentuk suasana yang sesuai dengan kehendak Islam dalam keluarga tersebut.
Satu masalah lagi yang menjadi tanda tanya ialah perkahwinan sekufu' atau setaraf. Adakah Islam mengakui suami isteri itu bertaraf-taraf. Jawapannya ya. Taraf ini diukur dari darjat kehidupan. Tentulah tidak sama orang berilmu dengan orang yang tidak berilmu, orang yang suka berpoya-poya dan berbuat maksiat dengan orang yang warak. Dari aspek inilah Islam melihat adanya perbezaan hidup manusia. Walaupun begitu dari segi nilai kemanusiaan, manusia itu sama. Manusia yang jahat pun, dari sudut peri kemanusiaan, perlu diberi pertolongan dan dihormati sebagai manusia. Dari semua perbezaan hidup dan nilai-nilai hidup manusia, tidak ada yang lebih mulia daripada insan yang bertakwa. Inilah sebenarnya yang dimaksudkan apabila Islam mengakui darjat-darjat hidup manusia. .
Perkahwinan kufu' ialah perkahwinan di antara suami dan isteri yang mempunyai persamaan dari segi keadaan hidup. Memang ada aliran hukum di dalam perundangan Islam yang tidak melihat perkara ini sebagai penting. Mereka memandang tidak penting yang kaya berkahwin dengan yang miskin, yang berpangkat berkahwin dengan yang tidak berpangkat. Aliran ini melihat dari aspek kemanusiaan semata-mata, yakni Allah S.W.T. menjadikan manusia sama sahaja. Tetapi satu aliran hukum lagi dalam peiundangan Islam iaitu aliran al-Syafiyyah, memandang perbezaan taraf hidup sama ada dari segi kekayaan, ilmu, akhlak dan lain-lain mempunyai pengaruh dalam menentukan kehidupan rumahtangga, kerana realiti kehidupan seperti ini tidak boleh diperkecilkan. Seorang perempuan kaya yang sudah biasa dengan kehidupan mewah, sudah tentu menghadapi kesukaran untuk menyesuaikan dirinya dengan kehidupan baru yang disediakan oleh suaminya yang miskin. Kesukaran ini boleh menimbulkan masalah yang rumit. Demikian juga seorang suami yang warak berkahwin dengan isteri yang suka berpoya-poya, sudah tentu akan menimbulkan masalah yang melibatkan hubungan suami isteri itu. Inilah realiti kehidupan alam perkahwinan yang perlu mendapat perhatian perundangan dan dari sinilah timbuinya masalah kahwin sekufu'.
Aliran perundangan al-Syafiyyah, memberi hak kepada wali untuk melarang anak perempuan berkahwin dengan orang yang tidak sekufu' dengannya untuk mengelak daripada masalah ini dan untuk kepentingan hidup anaknya. Demikian juga aliran ini memberi hak kepada anak perempuan membantah wali mengahwinkah dirinya dengan orang yang tidak sekufu' dengannya, demi untuk menjaga kepentingan diri dan kehidupannya di masa hadapan.

Keharusan Berpoligami

Di antara persoalan yang meniinbulkan masalah paling kontroversi dalam unisan perkahwinan umat Islam ialah keharusan berpoligami. Ia dijadikan bahan oleh setengah golongan untuk mengecam Islam dan ramai wanita yang tidak puas hati dengan pelaksanaannya.
Bagi menghuraikan masalah ini, terlebih dahulu mestilah difahami apakah yang dimaksudkan dengan keharusan itu. Dari segi perundangan, harus bererti sesuatu yang tidak diseksa dan tidak diberi pahala kepada orang yang melakukannya. Ertinya, ia tidak mempunyai obligasi dari segi hukum. Tetapi, keharusan berpoligami ini dari segi pelaksanaannya bukan sahaja tunduk kepada hukum ini. Ia juga tertakluk kepada prinsip pembentukan keluarga yang telah diterangkan sebelum ini iaitu perasaan tanggungjawab dan perasaan-perasaan lain yang dituntut oleh Islam. Sungguhpun dari segi perundangan, poligami boleh dilaksanakan tetapi bukan tanpa mempunyai pertimbangan lain yang dikehendaki agama. Pertimbangan ini termasuklah apa yang dikatakan oleh ahli-ahli tasawwuf bahawa tidak dinamakan seseorang itu bertaqwa sehingga ia meninggalkan yang harus untuk menjaga dirinya dari melakukan yang haram.
Dengan sebab itu, jika sesuatu yang harus itu boleh mendorong kepada melakukan yang haram, maka seseorang yang bertaqwa akan meninggalkan yang haius itu untuk menjaga dirinya dari melakukan yang haram.
Dalam masalah poligami, seseorang itu hendaklah menjauhi sekiranya berkahwin lebih daripada satu menyebabkan ia mencuaikan hak-hak isteri dan anak-anak yang diwajibkan ke atasnya, seperti memberi nafkah dan lain-lain. Walaupun hukum mengharuskan, tetapi ia terus menanggung dosa kerana kecuaiannya menjalankan kewajipan tediadap anak-anak dan isteri-isteri. Jika perkara ini menjadi penyakit masyarakat yang menular, pemerintah boleh mengenakan peraturan-peraturan untuk mencegah kerosakan yang timbul daripadanya.
Penggunaan maksud keharusan berpoligami secara wajar dapat dilihat daripada contoh yang ditunjukkan oleh Rasulullah s.a.w. dan masyarakat Islam pertama yang dibentuk oleh baginda. Dengan penggunaan yang wajar ini, poligami bukan menjadi masalah kepada masyarakat, tetapi mempakan cara bagi menyelesaikan masalah-masalah yang wujud dalam masyarakat iaitu pembelaan tediadap anak-anak yatim dan janda-janda yang menderita kerana kehilangan atau kematian suami.
Pada masa sekarang masalah seperti di atas masih lagi wujud dan tetap akan wujud selagi adanya manusia. Kerana itu poligami tetap berfungsi memberi kebaikan kepada masyarakat jika keharusan ini tidak disalahgunakan. Tetapi sekiranya poligami disalahgunakan dan dilakukan semata-mata untuk memuaskan nafsu dan menempah dosa, ia akan menjadi masalah dan langkah-langkah mengawalnya hendaklah dilakukan oleh pemerintah dengan mengenakan peraturan-peraturan tertentu untuk mengelak keiosakan.

Perancangan Keluarga

Beralih kepada perbicaraan mengenai perancangan keluarga. Perkara ini juga menimbulkan tanda tanya di kalangan masyarakat. Perancangan keluaiga mengandungi dua program. Pertama merancang kelahiran anak dengan menghadkan kelahiran atau membatasinya. Kedua, menyusun pe@alanan keluaiga untuk mencapai kesejahteraan dengan memberi perhatian kepada kebajikan, kesihatan dan keselesaan hidup keluaiga serta memastikan perkembangan yang sihat dalam pertumbuhannya.
Program pertama yang bertujuan membataskan kelahiran anak itu berdasarkan teori yang dikemukakan oleh seorang ahli fikir barat yang bernama Maltus. Pada pendapat beliau, perkembangan penduduk dunia, jika dibandingkan dengan pertambahan pengeluaran bahan makanan adalah tidak seimbang. Perkembangan penduduk berjalan dengan kadar 2,4,6,8, sedangkan pertambahan bahan-bahan makanan dengan kadar 1,2,3,4. Jika perkembangan seperti ini terus berjalan, satu bencana kekurangan bahan makanan akan berlaku dan manusia akan menghadapi masalah kelaparan.
Dalam program yang kedua, kita mestilah memberi sokongan bagi menjayakan usaha membaiki keadaan kesihatan, kebajikan dan kesejahteraan keluarga. Tetapi sukalah ditegaskan di sini, usaha-usaha ke arah mencapai tujuan tersebut tidak akan dicapai, sekiranya unsur-unsur akhlak dijadikan program sampingan sahaja. Suatu program yang bersifat menyeluruh hendaklah dirangka untuk mewujudkan kesejahteraan keluarga yang sebenar. Program ini, jika hendak dipercayai oleh rakyat secara berterusan tidak seharusnya dijadikan alat atau piling bagi melaksanakan usaha menghadkan kelahiran anak. Niat yang tidak jujur seperti ini akan menimbulkan akibat buruk dan kesan yang tidak sihat kepada masyarakat.

Kewajipan Dan Tanggungjawab

Seseorang yang hendak mendirikan rumahtangga hendaklah menginsafi bahawa kewajipan dan tanggung-jawab sedang menantinya. Membina keluarga bertnakna bertambahnya tanggungjawab tediadap isteri dan anak-anak. Di sini digariskan beberapa tanggungjawab penting suami dan isteri di dalam rumahtangga.

Kewajipan Suami

1. Suami adalah ketua kelualga, pelindung isteri dan anak-anak. Sebagai pelindung keluaiga dan ketua unit masyarakat yang kecil ini, suami berkewajipan mangawal, membimbing, menentukan tugas, menyelaraskan ke@a, berusaha mencari keperluan hidup keluarga dan berusaha menyediakan faktor-faktor kebahagiaan dan keselamatan keluarganya.
2. Dia wajib menyediakan rumah kediaman, pakaian dan makan minum keluarga. Dia wajib mengajar anak isterinya dengan hukum-hukum agama. Kalau tidak mampu mengajar sendiri dia wajib menanggung biayanya. Dalam hal ini suami yang bijak awal-awal lagi akan memilih isteri yang beragama. Dengan itu dapat meringankan beban dan kewajipannya mengajar agama kepada isterinya. Isteri yang beragama itu, pasti dapat beke@asama mendidik anak-anak dalam kehidupan beragama.
3. Pentadbiran suami di dalam iumahtangga hendaklah berdasarkan rahmah (kasihan belas) berakhlak dan contoh yang baik. la bertanggungjawab di hadapan Allah S.WT. terhadap keluarganya. Bersikap baik dan adil di dalam mengendalikan nunahtangga adalah penting. Rasulullah s.a.W mensifatkan orang yang baik ialah orang yang baik kepada ahli rumahnya.
4. Suami hendaklah mengasuh isteri dengan baik. Rasulullah s.a.w. menyifatkan kaum wanita sebagai amanah Allah S.W.T. Amanah itu hendaklah dijaga dengan cermat. Misalnya jika kita diamanahkan sesuatu barang dan barang itu rosak di tangan kita, tentulah ia akan melibatkan nama baik kita. Sebab itu Rasulullah s.a.w. berpesan supaya bersikap baik terhadap wanita dan sentiasa memesan mereka supaya berkelakuan baik.
5. Tanggungjawab suami adalah penting di dalam membina keluarga. Tidak sah pernikahan orang yang tidak boleh mengendalikan urusan rumahtangga seperti pernikahan kanak-kanak dan orang gila. Adapun orang yang bodoh (safah) yang ditahan dari mengurus harta benda dan dirinya, tidak sah berkahwin melainkan dengan izin walinya. Orang yang mempunyai keinginan berkahwin tetapi tidak sanggup menyediakan mahar dan nafkah tidak digalakkan berkahwin, kata AI-Syafiyyah, sunat tidak berkahwin bahkan hendaklah berpuasa kerana puasa itu penahan keinginan.
Demikian juga orang yang tidak mempunyai keinginan dan hendak menumpukan perhatian kepada ibadah tidak digalakkan berkahwin. Ulama berselisih pendapat mengenai orang yang tidak mempunyai keinginan yang mampu menyediakan makan dan nafkah dan tidak Dula hendak menumpukan seluruh hidupn-y-a- kepada ibadat sahaja. Menurut satu pendapat, tidak disunatkan. Menurut pandapat lain sunat ia berkahwin.
Kita dapat melihat dengan jelas bahawa perkahwinan itu hanya digalakkan bagi mereka yang sanggup menunaikan tanggungjawab. Apabila berkahwin, menunaikan tanggungjawab kepada keluarga adalah wajib.

Kewajipan Isteri

Apabila suami sebagai ketua di dalam lumahtangga, maka isteri itu timbalannya yang mempunyai tugas dan tanggungjawab tertentu. Di antara tanggungjawab isteri ialah:
1. Bergaul dengan suami secara baik. Menuiut ulama Mazhab As-Shafie, wajib bagi isteri menggauli suaminya dengan baik.
2. Mengendalikan kerja-kerja rumah. Menurut riwayat Janzani, Rasulullah s.a.w menentukan kewajipan anaknya Fatimah mengurus rumah dan Ali mengurus kerja-kerja di luar rumah. (AI Mar'ah fi Tasawwuri Islam, m.s 105, oleh Abdul Muta'al AI Jibry).
3. Berhias untuk suami. Isteri hendaklah sentiasa berada di hadapan suami dalam keadaan menarik dan kemas. Dengan itu suami menjadi terhibur ketika di sampingnya. Tugas ini tidak dapat dilaksanakan dengan baik oleh isteri kecuali mereka yang faham dan benar-benar perihatin.
4. Pujuk memujuk adalah penting dalam kehidupan rumahtangga. Ibn al-Aswad AI-Dualy berkata kepada isterinya:
"Apabila kamu melihat aku marah, tenangkanlah aku. Apabila aku melihat kamu marah, aku pula menenangkan kamu. Jika tidak janganlah kita bersama-sama. "
5. Isteri hendaklah taat kepada suami. Di dalam sesuatu tindakan, jangan sekali-kali membelakangkan suami, kerana dia ketua rumah-tangga. Jika hendak keluar rumah mestilah mendapat izin dari suami terlebih dahulu. Isteri pula hendaklah memahami tugas dan kewajipan suami di luar. Sekiranya ke@a itu untuk Allah S.W.T. dan RasuINya, ia mestilah menyokongnya, memberi galakan dan semangat dan menasihatinya supaya tidak berputus asa.
6. Wanita hendaklah sentiasa menjaga kehormatan diri dan nama suami. Wanita yang menjaga kehormatannya dianggap oleh Rasulullah S.A.W. sebagai wanita yang baik dan patut menjadi ukuran bagi lelaki yang hendak memilih isteri.
Inilah di antara kewajipan isteri terhadap suami. Apabila setiap pihak menunaikan tanggungjawab, akan berkembanglah mawaddah atau kasih sayang. Batas-batas dan tanggungjawab suami isteri ini ditetapkan oleh Islam sebagai peraturaif yang bertujuan mengukuhkan kehidupan dan hidup di dalam suasana ibadah kepada Allah S.WT. Rumahtangga akan hancur jika sekiranya setiap pihak mengabaikan tanggung-jawabnya. Dengan mengamalkan prinsip agama dengan betul, akan wujudlah keluarga bahagia yang merupakan tahap pertama pembentukan masyarakat Islam.

Masyarakat Islam

Untuk mengakhiri perbincangan kita ini elok juga ditinjau sikap umat Islam hari ini teihadap perkahwinan.
Sejak kejatuhan umat Islam dari memegang teraju kepimpinan manusia, dengan kemunculan tamadun barat, ajaran Islam diusahakan supaya lenyap sedikit demi sedikit daripada kehidupan kaum muslimin. Paling tidak ia dikelirukan sehingga masyarakat Islam mengamalkan ajaran-ajaran Islam secara kesamaran. Kejahilan umat Islam teihadap agamanya, bukan kerana serangan daripada barat sahaja. Keruntuhan personaliti juga turut terlibat sehingga kecintaan kepada ilmu dan kegigihan mempelajarinya menjadi bertambah malap. Akhlak yang baik dan nilai-nilai yang mulia beransur-ansur menjadi layu dengan kemaraan nilai-nilai songsang. la mudah sahaja memenuhi kekosongan dan menguasai kelemahan yang sudah merata di kalangan masyarakat.
Keadaan yang disebutkan di atas mempengaruhi sikap masyarakat Islam dalam segenap kehidupan iaitu politik, ekonomi dan sosial, khususnya dalam kehidupan keluarga yang menjadi tajuk pembicaraan kita. Dengan lain perkataan, suasana pembentukan keluaiga hari ini dan kelemahan-kelemahan yang teidapat di dalamnya, bukanlah semata-mata hasil daripada serangan nilai-nilai songsang tetapi juga kerana kelemahan yang sedia wujud dalam masyarakat Islam setelah berlakunya krisis personaliti Islam dan kerenggangan nilai-nilai Islam daripada kehidupan.
Walaupun pada umumnya masyarakat kita masih menganggap perkahwinan itu suatu ikatan suci, tetapi minat untuk mempertahankan kesucian itu makin berkurangan dengan berkembangnya maksiat dan lumrahnya perzinaan. Lebih-lebih lagi perzinaan yang berlaku di kalangan ora ng yang sudah beristeri atau bersuami. Kerana itulah maka tujuan perkahwinan untuk menjaga kesucian (Iffah) tidak sangat diperhitungkan oleh banyak kalangan masyarakat kita. Namun begitu, tidaklah boleh dikatakan penyakit ini be@angkit kepada semua lapisan masyarakat kita. Masih banyak lagi di kalangan kita yang tetap memeliharaiffah ini dan mempertahankannya. Masyarakat kita belumlah sampai kepada peringkat kerosakan seperti masyarakat barat. Tetapi jika sekiranya tidak diawasi dan langkah-langkah berkesan tidak diambil, tidak mustahil perkembangan yang meruntuhkan itu akan turut menyerang dan melanda masyarakat kita.
Bersekedudukan adalah akibat pembahan sikap terhadap perkahwinan. Perkembangan ini jika dibiarkan akan menggugat kesucian ikatan perkahwinan dan meletakkan institusi keluarga dalam keadaan yang tidak dikawal oleh peraturan dan nilai-nilai akhlak. Perkembangan ini sebenarnya mempakan masalah yang sangat serius yang tidak boleh dihadapi oleh mahkamah semata-mata., tetapi selunih masyarakat adalah terlibat di dalam usaha mencegahnya dan kekuatan masyarakat dalam menolak perkembangan ini adalah lebih berkesan daripada hukuman mahkamah. Untuk mempertahankan kesucian perkahwinan dan keutuhan institusi keluarga yang mempunyai peraturan yang membawa kepada kesejahteraan, nilai-nilai Islam hendaklah diperkukuhkan dalam masyarakat. Untuk mencapai tujuan ini masyarakat Islam perlu membina kembali personaliti Islam supaya bertambah kukuh. Pengetahuan mengenai Islam hendaklah disebarkan dengan seluas-luasnya dan gerakan dakwah hendaklah diperhebatkan.
Masyarakat Islam hendaklah menyedari bahawa institusi keluarga dan syariat perkahwinan wajib dipertahankan kerana punca terbesar keruntuhan sesuatu masyarakat berpunca daripada kehancuran institusi keluarga dan sikap terhadap perkahwinan. Apabila keluarga telah runtuh tanggungjawab memelihara dan mengawal rakyat terserah kepada pemerintah. Sedangkan bagaiinana cekap sesebuah kerajaanpun ia tidak berupaya menjalankan tugas-tugas keluarga seperti memelihara, mendidik dan memberi kasih sayang kepada anak-anak. Tanpa didikan yang sempuma dan biinbingan yang wajar, anak-anak ini akan menjadi generasi yang pincang.

Kesimpulan

1 . Perkahwinan adalah cara hidup semula jadi manusia dan asas perkembangan masyarakat secara tersusun dan teratur. Peraturan-peraturan yang ditetapkan oleh Islam adalah menjamin penerusan perkembangan masyarakat secara sihat dan tersusun demi kesejahteraan ummat.
2. Perkahwinan adalah ikatan suci yang wajib dipertahankan dan merupakan pembaha hendak berpoligami atau tidak, pertimbangan yang adil hendaklah diberikan di samping tujuan dan roh berpoligami itu tidak dirosakkan. Dalam hal ini keharusan yang diberikan oleh Islam bukan bermakna galakan atau kebenaran yang boleh dilakukan sewenang-wenangnya. Kehanisan berpoli gami bertujuan membela orang-orang yang tidak bernasib baik di dalam masyarakat. Berpoligami yang membawa kepada mengabaikan tugas terhadap anak-anak dan isteri adalah bertentangan dengan kehendak ketaqwaan.
7. Perancangan keluarga dalam pengertian menghadkan kelahiran anak tidak dapat diterima oleh Islam. Tetapi perancangan keluarga dalam pengertian memberi layanan lebih baik kepada keluarga, meningkatkan mutu kesihatan dan keselesaan hidup serta meningkatkan penglibatan teihadap amalan-amalan yang bermoral, adalah wajib di dalam Islam.

Siapa Anda Dalam Kehidupan Berkeluarga

Kita telah menjelaskan bahawa untuk memastikan suatu masyarakat itu berada dalam keadaan sihat dan harmoni, setiap keluarga yang lahir daripada masyarakat itu perlu dibina dengan kukuh kerana ia sebagai asas tertubuhnya sesebuah masyarakat.
Kita akan membicarakan siapakah yang tergolong dalam keluarga atau apakah ia definisi keluarga yang wujud dalam sistem kehidupan Islam. Adakah keluarga itu terdiri daripada suami, isteri, ibu, ayah, anak atau lebih jauh daripada itu?
Definisi keluarga dalam Islam adalah berbeza dengan definasi keluarga agama-agama lain. Di dalam Islam orang-orang yang ten-nasuk dalam takrif keluarga adalah seperti yang terdapat dalam sistem Faraid. Cuma di sana ada keluarga yang hampir dan ada keluarga yang jauh. Oleh itu orang yang termasuk dalam keluarga ialah:
- Suami isteri
- Datuk, nenek dan seterusnya
- Ayah, datuk dan seterusnya
- Anak, cucu dan seterusnya
- Adik beradik dan zuriatnya
- Ayah saudara, ibu saudara dan zuriatnya
- Lain-lain
Setiap individu dalam keluarga mempunyai hak, peranan dan tanggungjawab. Hak seorang tidak harus diketepikan dan setiap orang boleh menuntut haknya dengan sempuma. Misalnya, hak anak mendapat pusaka daripada ayah dan ibunya, hak isteri mendapat perlindungan daripada suami, hak wanita menentukan calon suami dan sebagainya.
Setiap individu dalam keluarga mempunyai hubung kait antara satu sama lain. la tidak boleh 1-ddup bersendirian tanpa mengambil kira orang lain. Hubungkait ini adalah termasuk dalam berbagai aspek-aspek kehidupan seperti di dalam melakukan kebaikan atau kejahatan, usaha untuk memperolehi kesenangan, menjaga nama baik keluarga dan sebagainya. Sebagai contoh, apabila seseorang itu mencipta rekod cemerlang dalarn hidupnya seperti menjadi seorang pemimpin yang dihormati, masyarakat akan menyebut si pulan itu adalah keluarga si pulan itu. Begitu juga jika rekod yang dicipta itu tidak baik, masyarakat akan mengaitkan juga nama keluarganya. Contoh yang lain, apabila seseorang itu berjaya dalam hidupnya menjadi seorang yang kaya atau hartawan. Orang ini hendaklah ineinbantu keluarganya yang miskin.
Bagi memastikan kehidupan keluarga berjalan dengan teratur dan harmoni, Islam menggariskan dengan terperinci peranan dan tanggungjawab seseorang sebagai ahli keluarga. Di dalam Islam keluarga bermula dengan suami dan isteri. Dari sinilah keluarga itu mula berkembang. Selepas itu lahirlah anak. Di sana ada ibu dan ayah mertua, ipar duai, keluarga sebelah suami, sebelah isteri dan sebagainya.

Peranan ahli keluarga

Bagaimana seseorang itu berperanan dalam hidup berkeluarga. Islam telah mengaturnya dengan lengkap dan terperinci. Seseorang itu perlu memahami dan melakukannya dengan penuh rasa tanggungjawab. Suami, isteri, ibu dan ayah, masing-masing mempunyai tanggungjawab yang berbeza. Pembahagian tanggungjawab ini diatur sedemikian rupa supaya wujud suatu disiplin @dup dalam keluarga itu. Dengan itu tidak ada perebutan tugas atau tolak menolak dalam menjalankan tugas masing-masing. Oleh sebab itu keluarga muslim yang benar-benar mematuhi disip@ya akan hidup aman, tenteram, tenang, gembira dan harmoni.
Di dalam Islam, suami atau bapa diberi peranan sebagai ketua keluarga. Dia wajib memimpin keluarganya ke jalan yang diredai Allah. Isteri dan anak-anak dikehendaki taat sepenuhnya kepada suami atau bapa. Menyediakan sara hidup juga adalah tanggungjawab ketua keluarga. Peranan yang diberikan kepada ketua keluarga ini tidak boleh disalahgunakan. Dia hendaklah bertindak sebagai penyelamat, bukan bertindak sewenang-wenangnya.
Seorang suami atau bapa hendaklah berilmu, jujur, ikhlas, berakhlak mulia, berrnoral, bijak, cekap dan tegas dengan kebenaran. Dia hendaklah berusaha menjadikan suasana damai sentiasa wujud dalam keluarganya. Peningkatan nilai murni di dalam kehidupan isteri dan anak-anak bergantung kepada kualiti suami atau bapa.
Isteri pula mempunyai peranan dan tugas yang berlainan iailu melayan dan membelai suami, mengatur rumahtangga, taat kepada suami dan mengasuh serta mendidik anak-anak menjadi insan bertaqwa. Anak wajib taat sepenuhnya kepada ibu dan ayah dalam batasan yang tidak bertentangan dengan ajaran Allah, menghormati yang lebih tua, menjaga nama baik keluarga, tidak mengecilkan hati orang tua, memberi tumpuan kepada pelajaran, menjauhkan diri daripada pergaulan yang merosakkan dan seumpamanya.
Ibu mertua pula hendaklah sentiasa berusaha untuk mewujudkan suasana dan hubung baik dengan menantu dan keluarganya. Hubungan antara mertua dan menantu biasanya sangat sensitif. la perlu kepada perhatian khusus dan sifat berhati-hati. Jika perasaan salah seorang tersinggung, boleh menyebabkan kerenggangan di dalam keluarga.
Beberapa peranan yang dihuraikan di atas sudah cukup sebagai penjelasan bahawa setiap individu dalam keluarga mempunyai peranan yang berlainan. Antara satu sama lain ada hubung kait yang rapat di mana setiap orang tidak boleh melepaskan diri daripada yang lain. Misalnya seorang anak apabila bertindak di luar batasan, dia akan menyusahkan dan merisaukan orang tua. Bahkan lebih jauh dari itu dia akan menjejaskan nama baik keluarga. Demikian juga perlakuan di luar batasan ini, walaupun ia dilakukan oteh keluarga yang jauh, tetap mernberi kesan kepada nama baik keluarga tersebut kerana definisi keluarga bagi okang Islam amat luas.

Kenal Pasti Diri Dan Tingkatkan Usaha

Seseorang itu perlu mengenali dirinya,siapakah dia dalam keluarga, sebageti bapa? isteri? ibu? anak? sepupu? datuk? mertua dan sebagainya. Dari semasa ke semasa perlu menyoal diri, sudahkah berfungsi sewajarnya? Sudahkah menjalankan tanggungjawab? Adakah beraksi sebagai penyumbang atau beban kepada keluarga? Sebanyak mana sumbangan dan pengorbanan telah dilakukan demi kepentingan keluarga. Banyak lagi aspek-aspek lain yang perlu dipersoalkan.
Kunci penting, bagi hubungan yang kukuh sentiasa wujud di kalangan anggota keluarga, ialah rasa tangguizgjawab dan kasih sayang. Kalau tanggungjawab semata-mata ia akan menjadi kering dan tandus. Kalau semata-mata kasih sayang, ia boleh berubah. Maka dari itu perlu hubungan itu diwujudkan dengan rasa tanggungjawab dan penuh rasa kasih sayang. Dengan campuran ini semoga kehidupan keluarga menjadi taman indah yang didiami oleh insan-insan yang berupaya menilai dan menjaga keindahan dan keharmonian taman.
Hubungan yang baik hanya akan wujud jika sekiranya satu konsep pegangan atau aqidah yang kuat terhadap Allah terbukti dengan mengambil berat segala perintah-Nya. Dalam rumahtangga tidak ada pengawal peribadi yang mengawal seseorang sebagaimana kawalan di jalan raya. Kepatuhan kepada Allah sahaja yang dapat mengawal tindak tanduk manusia. Di sini jelas kepada kita agama memainkan peranan penting dalam kehidupan insan. Tanpa agama manusia akan sengsara walaupun mereka hidup dalam mahligai emas dan perak. Ia adalah perkara utama yang mesti diberi perhatian dalam membangun kehidupan sesebuah keluarga.

Ciri-ciri penting

Beberapa ciri penting adalah mustahak untuk menjadi pegangan setiap individu di dalam kehidupan berkeluarga yang mesti diberi perhatian setiap masa:
1. Sedari diri bahawa anda salah seorang ahli keluarga yang ada peranan, kewajipan dan tidak boleh melepaskan diri daripadanya.
2. Sentiasa baharui azam untuk meningkatkan pengetahuan agama, syaksiah, ilmu pengetahuan ke arah melahirkan insan berkualiti.
3. Suburkan sifat-sifat mahmudah dan kurangkan sifat-sifat mazmumah dalam amalan hidup sehari-hari.
4. Hidupkan sembahyang berjemaah, banyakkan membaca al-Quran dan hidupkan salam di kalangan keluarga.
 

PENUTUP

Peranan anda atau setiap individu dalam keluarga adalah sangat penting. Anda dan keluarga tentunya ingin bahagia dunia dan akhirat. Mereka yang berbahagia ialah mereka yang beriman, sentiasa beramal salih dan sentiasa menjadi manusia penyumbang. Bahagia sebenarnya ada dalam hati dan perasaan manusia. Oleh itu sucikanlah hati, tingkatkan iman dan jadilah insan yang bertaqwa.
Reproduced from a booklet published by Islamic Advancement Department of Malaysia (JAKIM)

A True Muslim

“One who loves for the sake of Allah alone and hates for the sake of Allah alone; and whatever he gives for the sake of Allah alone; and whatever he withholds, withhold for the sake of Allah alone, indeed, he perfects his Imãn.” (Abu Dã’wood).



Rasulullah (Sallallahu Alaihi Wasallam) explains that to be a true believer ones love and enmity, affections, relations and transactions should have only one purpose; to seek Allah’s pleasure. Without this one’s Imãn will not be complete. The greater the deficiency in this respect, the more defective the Imãn.

Supreme Loyalty to Allah

Even today we see that only those are considered real and true followers of a creed or ideology who are loyal to it with their heart and soul. Every creed in the world desires such adherents and no creed can prevail in the world except through such followers. However, there is a difference between Islãm and other creeds and ideologies. Although others demand from men total loyalty and dedication, they in fact have no such right upon him, their claims are entirely unjustified.

But Allah, for whom Islãm demands the sacrifice of life has a right upon us. Everything must be given in this way, for whatever exists in the heaven and on earth belongs to Allah. Man himself and whatever he possesses, and whatever lies within him, all belong to Allah. It is therefore in perfect harmony with justice as well as reason that whatever belongs to Allah must be reserved only for Him. Whatever sacrifice is made for Allah is in reality a payment of what is due.

Where Do We Stand?

Let us examine our lives by the crucial criteria, of Imãn and Islãm as laid down by the Noble Qur’ãn and the Prophet of Allah (Sallallahu Alaihi Wasallam).

If we claim that we have accepted Islãm, have we oriented our living and our dying towards Allah only? Are we living for this cause alone? Are our hearts and minds, our bodies and souls, our time and efforts devoted to the fulfilment of Allah’s wishes?

Have we made our likes and dislikes totally subordinate to the wishes of Allah? If we love anyone is it really for the sake of Allah? If we dislike anyone, is that too for the sake of Allah? Do we give and withhold only for the sake of Allah? Are we spending on ourselves and giving wealth to other people, or withholding the same because that is what Allah wants? Is our motive nothing but to gain the pleasure of Allah?

If we find such a state of faith and submission within ourselves, we should thank Allah that He has bestowed upon us the blessing of Imãn in its fullness. And if we feel any deficiency, we must give up every other concern and worry and concentrate wholly on remedying this deficiency. For on its removal depends our well being in this world as well as success in the Hereafter.

Do not use this criterion to test or judge others and determine whether they are Muslims or hypocrites of Kãfirs; use it only to judge ourselves and if we detect any deficiency, try to remove it before we meet Allah.
Article taken (with Thanks) from Attarbiyah

How to hack facebook password

In my previous post How to hack facebook password i told you about hacking facebook with phishing,Today i thought to uncover all the methods used to hack facebook password,

I will cover 4 methods over here:

1. Facebook Phishing
2. Keylogging
3. Social engineering
4. Primary email address hack

Facebook phishing:

I have taken this method first because i think this is the most popular method/way of hacking facebook. I studied various facebook surveys taken on web about hacking facebook. The results of these surveys show "Phishing" as the most used method to hack facebook and to note…"Phishing is favorite method of facebook hackers". So, friends.. beware of facebook Phishing. Facebook staff is working hard to avoid these Facebook phishers. Phishing not only allows you to hack Facebook but also almost any email account. You have to only get the trick used to make a phisher, which i think is very easy. I learnt it without any difficulty. But, remember, this is only for educational purpose. I will not extend this topic over here as i have added more on Phishing in my article How to hack facebook password

Keylogging:


This is my second favorite, as only thing you have to do is remotelyinstall a keylogger application (if you don't have any physical access to victim computer). Keylogging becomes more easy if you have physical access to victim computer as only thing you have to do is install a keylogger and direct it to your destination so that it will send all recorded keystrokes to pointed destination. What akeylogger does is it records the keystrokes into a log file and then you can use these logs to get required Facebook password and thus can hack facebook password. I have posted detailed information of top keyloggers in the trade for more information see my password hacking softwares section

3. Social engineering:

This sounds to be pretty not working at beginning. Even I was neglecting this way. But, once, I thought of using it against my friend on Facebook and i got his Facebook password very easily by this method. I think many of you might be knowing how what this social engineering, For newbies, social engineering is method of retrieving password or answer of security question simply be quering with the victim. You have to be very careful while using this as victim must not be aware of your intention. Just ask him cautiously using your logic.


4.Primary email address hack